Pengertian Harapan
Harapan berasal dari
kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan
berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan
menyangkut masa depan.
Contoh :
Syafira Afelin Mercy
seorang siswi SMUN 1, ia rajin belajar dengan harapan didalam ujian mendapatkan
angka yang baik.
Sebab manusia
mempunyai harapan
Manusia itu adalah
makhluk sosial, ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia
lain, yakni ;
Kebutuhan Jasmani (
Jasmaniah , ) misalnya : makan, minum, pakaian, rumah ( sandang, pangan dan
papan ), ketenangan, hiburan dan keberhasilan.
Kebutuhan Rohani. Menurut Abraham
Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu ialah
:
- Kelangsungan hidup ( survival )
- Keamanan ( Safety )
- Hak dan Kewajiban
mencintai dan dicintai ( be loving and
love )
- Diakui lingkungan (
Status )
- Perwujud cita-cita ( Self Actualization ).
Pengertian Doa
Dalam Al-Quran banyak sekali kata-kata
do’a dalam pengertian yang bebeda. Abû Al-Qasim Al-Naqsabandî dalam kitab syarah Al-Asmâ’u al-Husnâ
menjelaskan beberapa pengertian dari kata doa.
Pertama, do’a dalam pengertian “Ibadah.”
Seperti dalam Al-Quran surah Yûnûs ayat 106.
Artinya: “Dan janganlah kamu beribadah, kepada selain Allah, yaitu
kepada sesuatu yang tidak dapat mendatangkan manfaat kepada engkau dan tidak
pula mendatangkan madarat kepada engkau.”
Maksud kata berdo’a di atas adalah
ber-”ibadah” (menyembah). Yaitu jangan menyembah selain daripada Allah, yakni
sesuatu yang tidak memberikan manfaat dan tidak pula mendatangkan madarat
kepadamu.
Kedua, doa dalam pengertian “Istighatsah”
(memohon bantuan dan pertolongan). Seperti dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat
23 dibawah ini.
Artinya: “Dan berdo’alah kamu (mintalah bantuan) kepada
orang-orang yang dapat membantumu.”
Maksud kata ber-”doa” (wad’u) dalam
ayat ini, adalah “Istighatsah” (meminta bantuan, atau pertolongan). Yaitu
mintalah bantuan atau pertolongan dari orang-orang yang mungkin dapat membantu
dan memberikan pertolongan kepada kamu.
Ketiga, Doa dalam pengertian “permintaan”
atau “permohonan.” Seperti dalam Al-Quran surah Al-Mu’minûn ayat 60.
Artinya: “Mohonlah (mintalah) kamu kepada-Ku, pasti Aku
perkenankan (permintaan) kamu itu.”
Maksud kata “Doa” (ud’ûnî) dalam ayat
ini adalah, “memohon” atau “meminta.” Yaitu, mohonlah (mintalah) kepada Aku
(Allah) nisscaya Aku (Allah) akan perkenankan permohonan (permintaan) kamu itu.
Keempat, Doa dalam pengertian “percakapan”.
Seperti dalam Al-Quran surah Yûnûs ayat 10 dibawah ini.
Artinya: “Doa (percakapan) mereka di dalamnya (surga), adalah
Subhânakallâhumma (Mahasuci Engkau wahai Tuhan).”
Kelima, Doa dalam pengertian “memanggil.”
Seperti firman Allah dalam Al-Quran dibawah ini.
Artinya: “Pada hari, dimana la mendoa (memanggil) kamu.”
Maksud kata “doa” (yad’û) dalam ayat ini
adalah “memanggil.” Yaitu, pada suatu hari, dimana la (Tuhan) menyeru
(memanggil) kamu.
Keenam, Doa dalam pengertian “memuji.”
Seperti dalam Al-Quran surah Al-Isrâ’ ayat 110 dibawah ini.
Artinya: “Katakanlah olehmu hai Muhammad: berdoalah (pujilah) akan
Allah atau berdoalah (pujilah), akan Ar-Rahmân (Maha penyayang).”
Maksud kata “doa ” (qulid’û) dalam ayat ini
adalah “memuji”. Yaitu, pujilah olehmu Muhammad akan Allah atau pujilah olehmu
Muhammad akan Al-Rahmân.
Maka atas dasar uraian di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa “doa” adalah ucapan permohonan dan pujian kepada Allah
SWT. dengan cara-cara tertentu disertai kerendahan hati untuk mendapatkan
kemaslahatan dan kebaikan yang ada disisi-Nya. Atau dengan istilah Al-Tîbî
seperti dikutip Hasbi Al-Shidiq “do’a” adalah “Melahirkan kehinaan dan
kerendahan diri serta menyatakan kehajatan (kebutuhan) dan ketundukan kepada
Allah Swt.”
Kepercayaan
Kepercayaan berasal
dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalh
hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada ucapan
yang sering kita dengar
- Ia tidak percaya pada
diri sendiri
- Saya tidak percaya ia
berbuat seperti itu atau berita itu kurang dapat dipercaya
- Bagaimana juga kita
harus percaya kepada pemerintah
- Kita harus percaya
akan nassehat-nassehat Kyai itu, karena nasehat-nasehat itu diambil dari ajaran
Al-Quran.
Dengan contoh berbagai
kalimat yang sering kita dengar dalam ucapan sehari-hari itu, maka jelaslah
kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
Kepercayaan dan usaha
untuk meningkatkannya
Dasar kepercayaan
adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan dapat dibedakan
atas ;
Kepercayaan pada diri
sendiri
Kepercayaan pada diri
sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada
hakekatnya percaya pada Tuhan Yanga Maha Esa. Percaya pada diri sendiri,
menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang
diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
Kepercayaan kepada
orang lain
Percaya kepada orang
lain itu dapat berupa keapada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan
kepada orang lain itu sudah tentu percaya terhadap kata hatinya, perbuatan yang
sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenaranya. Ada ucapan yang berbunyi
orang itu dipercaya karena ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu
harus dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat
janji kepada orang lain.
Kepercayaan kepada
pemerintah
Berdasarkan pandangan
teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof. Ir. Poedjawiyatna, negara
itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia,
atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, karena semua adalah
ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu
raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh
Tuhan pula ( kerajaan ).
Berbagai usaha
dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha itu
bergantung kepada pribadi kondisi, situasi, dan lingkungan. Usaha itu antara
lain :
- Meningkatkan ketaqwaan
kita dengan jalan meningkatkan ibadah
- Meningkatkan pengabdian
kita kepada masyarakat
- Meningkatkan kecintaan
kita kepada sesame manusia dengan jalan suka menolong, dermawan dan sebagainya
- Mengurangi nafsu
mengumpulkan harta yang berlebihan
- Menekan perasaan negatif
seperti iri, dengki, fitnah dan sebagainya.
Sumber :
Tugas 4 Ilmu Budaya Dasar #
Dosen : Asri Wulan