Sabtu, 09 Juni 2012

Manusia dan Harapan


Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.
Contoh :
Syafira Afelin Mercy seorang siswi SMUN 1, ia rajin belajar dengan harapan didalam ujian mendapatkan angka yang baik.

Sebab manusia mempunyai harapan
Manusia itu adalah makhluk sosial, ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain, yakni ;

  • Dorongan Kodrat, Kodrat ialah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu dicipkan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir dsb. 
  • Dorongan Kebutuhan Hidup Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup.

     Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas :
 Kebutuhan Jasmani ( Jasmaniah , ) misalnya : makan, minum, pakaian, rumah ( sandang, pangan dan papan ), ketenangan, hiburan dan keberhasilan.

Kebutuhan Rohani. Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu ialah :

  1. Kelangsungan hidup ( survival )
  2. Keamanan ( Safety )
  3. Hak dan Kewajiban mencintai dan dicintai ( be loving and love )
  4. Diakui lingkungan ( Status )
  5. Perwujud cita-cita ( Self Actualization ).


Pengertian Doa
Dalam Al-Quran banyak sekali kata-kata do’a dalam pengertian yang bebeda. Abû Al-Qasim Al-Naqsabandî dalam kitab syarah Al-Asmâ’u al-Husnâ menjelaskan beberapa pengertian dari kata doa.

Pertama, do’a dalam pengertian “Ibadah.” Seperti dalam Al-Quran surah Yûnûs ayat 106.
Artinya: “Dan janganlah kamu beribadah, kepada selain Allah, yaitu kepada sesuatu yang tidak dapat mendatangkan manfaat kepada engkau dan tidak pula mendatangkan madarat kepada engkau.”
Maksud kata berdo’a di atas adalah ber-”ibadah” (menyembah). Yaitu jangan menyembah selain daripada Allah, yakni sesuatu yang tidak memberikan manfaat dan tidak pula mendatangkan madarat kepadamu.

Kedua, doa dalam pengertian “Istighatsah” (memohon bantuan dan pertolongan). Seperti dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 23 dibawah ini.
Artinya: “Dan berdo’alah kamu (mintalah bantuan) kepada orang-orang yang dapat membantumu.”
Maksud kata ber-”doa” (wad’u) dalam ayat ini, adalah “Istighatsah” (meminta bantuan, atau pertolongan). Yaitu mintalah bantuan atau pertolongan dari orang-orang yang mungkin dapat membantu dan memberikan pertolongan kepada kamu.

Ketiga, Doa dalam pengertian “permintaan” atau “permohonan.” Seperti dalam Al-Quran surah Al-Mu’minûn ayat 60.
Artinya: “Mohonlah (mintalah) kamu kepada-Ku, pasti Aku perkenankan (permintaan) kamu itu.”
Maksud kata “Doa” (ud’ûnî) dalam ayat ini adalah, “memohon” atau “meminta.” Yaitu, mohonlah (mintalah) kepada Aku (Allah) nisscaya Aku (Allah) akan perkenankan permohonan (permintaan) kamu itu.

Keempat, Doa dalam pengertian “percakapan”. Seperti dalam Al-Quran surah Yûnûs ayat 10 dibawah ini.
Artinya: “Doa (percakapan) mereka di dalamnya (surga), adalah Subhânakallâhumma (Mahasuci Engkau wahai Tuhan).”

Kelima, Doa dalam pengertian “memanggil.” Seperti firman Allah dalam Al-Quran dibawah ini.
Artinya: “Pada hari, dimana la mendoa (memanggil) kamu.”
Maksud kata “doa” (yad’û) dalam ayat ini adalah “memanggil.” Yaitu, pada suatu hari, dimana la (Tuhan) menyeru (memanggil) kamu.

Keenam, Doa dalam pengertian “memuji.” Seperti dalam Al-Quran surah Al-Isrâ’ ayat 110 dibawah ini.
Artinya: “Katakanlah olehmu hai Muhammad: berdoalah (pujilah) akan Allah atau berdoalah (pujilah), akan Ar-Rahmân (Maha penyayang).”
Maksud kata “doa ” (qulid’û) dalam ayat ini adalah “memuji”. Yaitu, pujilah olehmu Muhammad akan Allah atau pujilah olehmu Muhammad akan Al-Rahmân.
Maka atas dasar uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa “doa” adalah ucapan permohonan dan pujian kepada Allah SWT. dengan cara-cara tertentu disertai kerendahan hati untuk mendapatkan kemaslahatan dan kebaikan yang ada disisi-Nya. Atau dengan istilah Al-Tîbî seperti dikutip Hasbi Al-Shidiq “do’a” adalah “Melahirkan kehinaan dan kerendahan diri serta menyatakan kehajatan (kebutuhan) dan ketundukan kepada Allah Swt.”

Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalh hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada ucapan yang sering kita dengar
  • Ia tidak percaya pada diri sendiri
  • Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu atau berita itu kurang dapat dipercaya
  • Bagaimana juga kita harus percaya kepada pemerintah
  • Kita harus percaya akan nassehat-nassehat Kyai itu, karena nasehat-nasehat itu diambil dari ajaran Al-Quran.
Dengan contoh berbagai kalimat yang sering kita dengar dalam ucapan sehari-hari itu, maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.

Kepercayaan dan usaha untuk meningkatkannya
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan dapat dibedakan atas ;

Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yanga Maha Esa. Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.

Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa keapada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya terhadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenaranya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karena ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu harus dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.

Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof. Ir. Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula ( kerajaan ).

Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha itu bergantung kepada pribadi kondisi, situasi, dan lingkungan. Usaha itu antara lain :
  1. Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah
  2. Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat
  3. Meningkatkan kecintaan kita kepada sesame manusia dengan jalan suka menolong, dermawan dan sebagainya
  4. Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan
  5. Menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah dan sebagainya.


Sumber :


Tugas 4 Ilmu Budaya Dasar #
Dosen : Asri Wulan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar